80s toys - Atari. I still have



Bagaimana Seorang Wanita Mengekspresikan Perasa,anya Kepada Seorang Pria
Saya rasa hal ini kerap terjadi
dan masih merupakan ganjalan
bagi kaum wanita untuk
melakukannya. Entah mungkin
dengan alasan masalah adat
ketimuran atau alasan-alasan
pribadi lainnya.
Sebenarnya, masalah how to
express our feeling, bukan hanya
problem bagi para wanita saja.
Dengan alasan-alasan tertentu,
kaum priapun terkadang juga
sulit melakukannya. Intinya kalau
kita punya perasaan special
seseorang, pasti mengalami
perasaan sedikit grogi, kurang
pede, atau takut ditolak. Itu
merupakan hal yang manusiawi
yang terjadi kepada semua
orang. Tidak perduli dia pria
atau wanita. Kalau seorang pria
selalu pede dan mudah
mengungkapkan perasaannya
kepada wanita, hal tersebut
malah perlu dicurigai. Jangan-
jangan memang dia profesional
dalam hal itu, atau dengan kata
lain dia memang tipe pria perayu
atau playboy. Apalagi kalau
seorang wanita yang mudah
melakukannya, bisa jadi dia
seorang wanita karir, yang
bekerja dari malam sampai
pagi :-)) Ada juga beberapa
wanita dengan alasan ini, tidak
mau dianggap murahan, dia
tidak bisa melakukan hal
tersebut.
Lalu bagaimana pandangan pria
sendiri terhadap hal ini?
Hal ini tergantung kepada tipe
pria tersebut. Ada pria yang
beranggapan tidak layak seorang
wanita untuk memulai.
Bagaimanapun, seorang pria
yang harus mengejar. Wanita
tidak boleh agresif, dan
sebagainya. Tapi ada juga
beberapa pria, yang tipenya
pasif, dimana dengan alasan-
alasan pribadi, atau juga latar
belakang pengalaman hidupnya,
menjadikan dia tidak pernah
mampu untuk jangankan
mengungkapkan perasaannya
dengan kata-kata, menunjukkan
perhatian khususpun dia tidak
berani. Ada juga tipe pria yang
sulit mengambil keputusan,
selalu ragu-ragu dan bimbang,
atau bisa jadi terlalu banyak
pilihan. Tentunya mereka punya
alasan tersendiri kenapa bersikap
demikian.
Satu contoh adalah pengalaman
seorang cowok (tidak usah
menebak-nebak siapa dia) sebut
saja dia Santosa. Dia pernah
dekat dengan seorang wanita
sebut saja Ling-ling. Sebenarnya
Santosa merasa bahwa dia
sebenarnya cukup menyukai
Ling-ling. Tetapi karena memang
banyak sekali perbedaan
diantara mereka, hal tersebut
menjadikan Santosa tidak pede.
Pertama, beda agama, kedua
secara kultur, dimana Santosa
menganggap nggak akan
mungkin Lingling menyukai dia,
karena Lingling dari keluarga
Chinese yang cukup totok, ketiga
tingkat kehidupan sosialpun
merekapun amat jauh berbeda.
Santosa menyukai Lingling
karena memang dia orang yang
cukup luwes dalam pergaulan.
Dia bisa jalan dengan siapa aja,
dan akrab dengan siapa saja. Jadi
Santosa hanya menganggap
kedekatan mereka selama ini ya
hanya sekedar teman biasa,
karena memang pribadi Lingling
mudah berteman dengan siapa
saja. Mereka sering jalan berdua,
kadang-kadang pakai berantem
kecil. Tapi ya seperti itu saja
hubungan mereka, tanpa
kesimpulan.
Hingga pada suatu malam,
Lingling menelpon Santosa dan
mengungkapkan bahwa dia
punya sebuah problem. Begini
kira-kira percakapan mereka :
"San, aku punya masalah nih,
bisa nggak kamu bantu saya?"
"Kenapa Ling, selama ini kita
khan cukup dekat, jadi apapun
masalahmu aku pasti akan
membantumu"
"Begini, aku sekarang sedang
menyukai seseorang, tapi aku
nggak tahu dia itu menyukai saya
apa nggak. Soalnya kami beda
agama"
"Hmm....memang agak susah
juga ya. Tapi kalau memang
kalian saling suka sebenarnya
bisa dicoba dulu sih. Perkara
perbedaan agama itu akan
membuat hubungan kalian
bubar, itu urusan nanti."
"Tapi bagaimana caranya untuk
mengetahui bahwa dia menyukai
saya atau nggak?"
"Bagaimana dengan
perhatiannya?"
"Dia cukup perhatian, baik
dengan saya, kami sering jalan
berdua, sering telpon-telponan"
"Hmm....boleh tahu siapa dia?",
sampai disini sebenarnya Santosa
sudah merasa Geer, tapi dia
masih ragu untuk menebak
apakah yang cowok yang
dimaksud adalah dirinya.
"Ah, masak kamu nggak tahu
siapa dia. Bohong kalau kamu
nggak kenal dia", kata Lingling
dengan gemas, karena cowok ini
masih o'on atau memang pura-
pura nggak tahu.
"Hmm...a..apakah....di..dia..yang
sekarang .....sedang
ber..berbicara
dengan..ka..kamu?", tanya
Santosa agak gugup, karena
sebelumnya dia memang nggak
pernah menyangka kalau
Lingling akan menyukai dia.
"Ah, kamu tahu sendirilah",
jawab Lingling sedikit agak kesal,
karena itu cowok masih nggak
ngerti juga.
"Hmm, okay. Saya rasa kita bisa
membicarakan hal ini. Saya akan
datang ke rumahmu malam ini
juga", jawab Santosa mulai tegas
karena dia sudah bisa menguasai
perasaannya. Dan saat itu
sebenarnya tepat jam 12 malam.
Saat itu juga Santosa pergi ke
rumah Lingling (rumah mereka
kebetulan nggak berjauhan),
untuk saling mengungkapkan
perasaan mereka.
Tentang bagaimana kelanjutan
hubungan mereka tidaklah
terlalu penting untuk diceritakan.
Hanya dari cerita diatas dapat
disimpulkan, seandainya Lingling
tidak mempunyai keberanian
untuk memulai pembicaraan,
mereka tidak pernah tahu kalau
sebenarnya mereka saling sayang
diantara mereka berdua.
Jadi come on girl. Kalau kalian
merasa dekat dengan seseorang,
cukup perhatian, tapi dia tidak
pernah sama sekali
mengungkapkan perasaannya,
cobalah untuk mulai. Tidak bisa
ngomong secara langsung, bisa
lewat telepon.Tidak berani
telpon bisa lewat surat. Kalau dia
memang kamu anggap baik,
kalau toh dia mungkin hanya
menganggap kamu sebagai
teman, dia akan tetap
menghargai kamu sebagai
teman, dan persahabatan tetap
berjalan seperti biasa. Adalah
suatu hal yang salah bila ada
yang beranggapan bahwa
perasaan cinta akan merusak
persahabatan. Cinta adalah suci.
Cinta adalah anugerah, yang bisa
datang ke siapa saja. Kalau
memang ada seseorang karena
perasaan cinta kamu, lalu
akhirnya merusak persahabatan
yang telah dijalin, berarti
memang dia tidak pantas untuk
menjadi sahabat kamu. Kamu
tidak usah merasa kehilangan.
So what are you waiting for gals?
Just pick up the phone, and
express your feeling.
Salam,

Bagikan
by: alung